BISMILIKSEMUA- Awal tahun 80-an Jalur Kudus-Jakarta masih kategori sepi. Bukan karena sepi penumpang, - karena waktu itu sudah banyak warga yang merantau ke ibukota - tapi sepi armada. Justru yang ramai adalah jalur jarak jauh, Jakarta-Surabaya atau Jakarta-Malang.
Imbasnya, calon penumpang harus “lari” ke Semarang, bila dibawa ke Jakarta, karena jumlah bus yang dibatasi. Begitu pun sebaliknya.
Pelan tapi pasti, peluang ini diendus oleh salah seorang pengusaha dari Lasem, bernama Bing Soenarso.
Pengusaha etnis Tionghoa ini menyusun PO yang dilabeli nama Artha Jaya, yang artinya uang (dikonotasikan rejeki) yang akan terus berjaya. Membuka bus malam dengan trayek Lasem-Jakarta dan Cepu-Jakarta.
Bekal Om Bing sendiri adalah modal pengalaman mengelola bisnis transportasi angkutan ekspedisi barang.
Awalnya, Artha Jaya hanya menyediakan bis malam non AC, dengan mesin Mercedes Benz mesin depan (seri OF) berkaroseri Morodadi.
Namun, penyediaan armada seperti ini kurang mendapat respon positif dari pasar, karena aspek sosial-budaya masyarakat Jawa Tengah bagian timur yang maunya kelihatan begaya saat pulang kampung atau kembali ke Jakarta, termasuk pula dalam urusan armada yang akan dinaikinya.
Akhirnya, era mesin depan diakhiri dan digantikan mesin belakang (OH Prima), dilengkapi pendingin udara dan toilet, serta urusan karoseri tetap mempercayakan pihak Morodadi.
Livery-nya pun masih gampang dipahami sampai sekarang, terdiri dari garis-garis tegas berwarna cokelat tua, dengan latar belakang warna aurora putih. Logo Artha Jaya mirip dengan logo yang dipindahkan di Singapura, SIA.
Inilah era dimulainya bus malam Kudus-an bermesin belakang, produk Eropa dengan fasilitas AC dan toilet, dengan busana dari karoseri berkelas dan corak tubuh mesti tampan.
Dulu, soal sikap, supir-supir Artha Jaya tak kalah pamor bila berhadapan langsung dengan pimpinan jalur Jakarta-Surabaya, PO Lorena.
Mereka berani dan cepat, bahkan meladeni setiap aksi penuh kecepatan PO yang melegenda tersebut. Toh, soal mesin dan karoseri tak kalah. Buat, selalu tiba di tempat sebelum matahari terbit, baik saat di Jakarta atau di Rembang.
Bahkan kabarnya Artha Jaya cukup disegani di jalan, sebagai raja kecil dari Lasem. Sopir gaya yang suka ngebut dan lepas dari "kompor meleduk" para penumpang, yang ingin busnnya kalah bersaing dengan bus jarak jauh.
Inilah poin kedua, yang mewariskan warisan bagi pengemudi-pengemudi generasi berikutnya yaitu bus Kudus-kudu banter dan siap untuk adu kebolehan keterampilan di jalan raya.
PO Artha Jaya adalah PO yang terbaik dalam menjunjung layanan kepada penumpang. Selain perlengkapan berupa bantal dan selimut, disediakan juga snack saat perjalanan. Layanan makan malamnya juga bagus, nikmat dan lengkap. Dan rumah makannya tetap sampai sekarang, dan dipakai sampai sekarang oleh Tri Sumber Urip, yaitu RM Kota Sari, Gringsing. Bahkan saat PO Artha Jaya berulang tahun, pada hari Hadiri acara kecil-kecilan, pembawa diberikan jamuan makan "cuma-cuma" dan diseling pembagian doorprize dan MMiripacara ultah Nusantara ke-40 di RM Sari Rasa.
Jaringan agen hingga Kota Cepu dan Blora, dengan menyediakan pengumpan kendaraan, mikro bus, yang akan menjemput dan mengantar penumpang.Penumpang cukup terbantu, saat ini masih langka angkutan yang dioperasikan di jalur Rembang-Blora-Cepu.
Inilah karakter virus ketiga yang akhirnya menjadi standar pelayanan minimal yang selanjutnya dianut PO-PO Muriaan Raya yang eksis sekarang. Ada satu torehan sejarah untuk perkembangan dunia per-bis-an Indonesia yang dilukis Kota Lasem, karena kota inilah rintisan awal kejayaan PO-PO yang bertrayek ke kota-kota pantura timur Jawa Tengah, meliputi Kudus, Jepara, Pati, Rembang dan Blora.
Sejarah masa lalu terima kasih untuk PO Artha Jaya yang membabat alas jalur timur dengan merintis trayek Lasem-Jakarta disusul trayek Cepu-Jakarta pada akhir tahun 70-an.
Sayang, kejayaan PO Artha Jaya runtuh di akhir tahun 90-an.Meski masih ada armada yang bernama PO Artha Jaya, yang semakin langka dan jarang terlihat Bukan karena manajemen yang salah (konflik internal) dan ditinggal pelanggannya, namun tiada penerangan penerangan Om Bing yang mau diperbaiki usaha PO-nya, di saat Om Bing ingin pensiun menikmati hari tuanya.
Akhirnya, PO Artha Jaya dijual / berganti kepemilikan juga manajemen kepada Tri Sumber Urip, yang ownernya masih punya hubungan saudara dengan Om Bing semenjak pertengahan tahun 2006.
Jangan lupa untuk LIKE & FOLLOW ya Sobat BMS, SHARE juga informasi ini untuk dapat memberikan manfaat dan juga hiburan kepada banyak orang dan selalu mengikuti BMS karena sumber teraktual hanya disini.
0 komentar:
Posting Komentar